Minggu, Oktober 27BANYUWANGINET
Shadow

Terungkap! Sejak Dulu Islam di Banyuwangi Ramah Terhadap Kebudayaan

Islam di Banyuwangi
Bedah Buku Islam Blambangan: Kisah, Tradisi, Literasi

 

BANYUWANGI– Historiografi Islam di Banyuwangi terbilang amat sedikit. Namun, bukan berarti tak ada sama sekali. Salah satu buku sejarah yang diterbitkan adalah karya Ayung Notonegoro yang berjudul “Islam Blambangan: Kisah, Tradisi, Literasi”. Dari buku yang dibedah di PP. Mambaul Huda, Desa Kenjo, Kecamatan Glagah pada Kamis malam (7/1/2021) itu, terungkap jika Islam yang masuk ke Banyuwangi adalah Islam yang ramah terhadap kebudayaan.

“Islam yang masuk pertama kali ke Banyuwangi sekitar abad 15 adalah Islam Ahlussunnah wal Jamaah. Corak keberagamaannya cenderung ramah terhadap ekspresi kebudayaan warga setempat,” ungkap sang penulis buku yang hadir langsung pada acara tersebut.

Ayung mencontohkan tentang kisah Sritanjung – Sidapaksa yang menjadi legenda asal-usul Banyuwangi. Kisah ini, menurut penelitian dari Prijono pada 1936, ditulis oleh Citragotra pada abad 16. Nuansa ceritanya lekat sekali dengan ajaran Hindu yang merupakan agama yang dipeluk oleh rakyat Blambangan.

“Namun, saat Islam mulai masuk ke Banyuwangi, cerita Sritanjung-Sidapaksa itu tidak dihapus begitu saja. Namun, dimodifikasi sedemikian rupa, agar bisa sesuai dengan ajaran-ajaran Islam. Di antaranya ketika Sritanjung pertama kali berjumpa Sidapaksa. Jika dalam teks-teks Bali, Sritanjung kawin lari. Tapi, dalam teks Banyuwangi yang terpengaruh Islam, keduanya menikah dengan restu kakek dari Sritanjung,” jelentreh Ayung.

BACA JUGA: Nginang

BACA JUGA: Naskah Sritanjung Banyuwangi Dalam Aksara Pegon Berusia 131 Tahun

Tak hanya dalam sisi literasi, dalam ranah tradisi pun tak luput dari pengaruh Islam. Tari Gandrung, misalnya. Tari yang populer tersebut, ditengarai juga dipengaruhi Islam secara gradual. Gandrung yang awalnya merupakan ritus penyembahan terhadap Dewi Sri, diubah menjadi sebatas tari. Penari lelaki yang menyaru perempuan pun seiring waktu diganti penari perempuan.

“Perubahan tersebut tidak semata karena situasi sosiologis belaka. Namun, tercermin pengaruh keislaman. Yakni tentang ketauhidan dan larangan laki-laki berdandan seperti perempuan,” ulas Ayung lebih lanjut.

Fakta-fakta sejarah yang diungkap dalam buku tersebut, selaras dengan apa yang dipaparkan oleh Kiai Sunandi Zubaidi yang menjadi pembanding dalam bedah buku tersebut. Katib Syuriyah PCNU Banyuwangi itu, menguraikan bahwa dalam perspektif Ahlusunnah wal Jamaah, Islam tidak bertentangan dengan budaya.

“Selama tidak bertentangan secara nyata, tidak jadi masalah. Jika ada bagian dari kebudayaan itu bertentangan dengan syariat, juga tidak serta merta dilarang selagi masih bisa disesuaikan dengan ajaran Islam,” ungkap pengasuh Pesantren Al-Kalam, Badean, Kecamatan Blimbingsari tersebut.

Ia mencontohkan tradisi petik laut di Muncar. Dulu, tradisi ini terdapat ritual melarung perhiasan emas ke tengah laut sebagai bentuk rasa syukur. Hal ini tentu bertentangan dengan syariat Islam karena bagian dari menyia-nyiakan harta benda.

“Tapi, dengan dakwah Islam ala Aswaja, hal itu diubah. Emasnya tidak lagi dilarung, tapi dirupakan santunan untuk anak yatim dan fakir miskin. Jadi, budayanya tetap jalan, namun unsur keharamannya telah hilang dan berganti kesunahan. Inilah dakwah yang kemudian menjadikan Islam di Indonesia ini berkembang pesat dalam tempo yang singkat,” tegasnya.

Buku Islam Blambangan sendiri diterbitkan oleh Komunitas Pegon dan LTN NU Banyuwangi pada 2020. Ada beragam tema yang dikupas dalam buku tersebut. Selain ragam budaya Banyuwangi yang di atas, juga terdapat bahasan tentang mantra Osing, kuntulan, syair-syair dan beragam manuskrip yang berkaitan dengan budaya yang berkembang di Banyuwangi yang lintas etnis.

Pada acara bedah buku yang dihelat oleh Pojok Baca Nahdliyin itu sendiri, berlangsung gayeng. Diikuti oleh berbagai kalangan. Selain komunitas pojok baca nahdliyin yang sudah ada di 55 titik di dalam dan luar Banyuwangi, juga diikuti oleh keluarga besar NU.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *