Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Pariwisata Banyuwangi Tumbuh, Bawa Berkah bagi Usaha Anyaman Atap Ilalang

Usaha Anyaman Atap Ilalang tradisional.
Usaha Anyaman Atap Ilalang tradisional.

BanyuwangiNet.com – Berkembangnya sektor pariwisata di Banyuwangi membawa dampak positif bagi berbagai sektor usaha, termasuk kerajinan tradisional. Salah satu yang merasakan berkah dari tren ini adalah Budi Hartono, warga Desa Tamansuruh, Kecamatan Glagah, yang sukses mengembangkan usaha anyaman atap ilalang.

Budi, yang sebelumnya di-PHK dari sebuah perusahaan rokok di Kabupaten Malang, kini berhasil mempekerjakan belasan warga setempat untuk membuat atap ilalang, yang banyak diminati oleh kafe, resto, dan homestay berkonsep tradisional di Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, memberikan apresiasi tinggi atas inovasi Budi. “Ini ide yang kreatif. Bersamaan dengan pariwisata Banyuwangi yang terus berkembang, pasar anyaman atap ilalang ini sangat menjanjikan,” ujar Ipuk saat bertemu Budi dalam program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) pada Selasa (17/9/2024).

Baca Juga: Lebih dari 8000 Orang Larut di Festival Musik Tepi Pantai Banyuwangi

Kisah sukses Budi dimulai setelah ia di-PHK pada 2019. Awalnya, Budi tidak berencana menjual anyaman atap ilalang, melainkan untuk memugar makam Mbah Semi, tokoh penari gandrung perempuan pertama di Banyuwangi. Namun, usai pemugaran, ide untuk menjual anyaman tersebut muncul, terutama karena tren tempat usaha yang mengusung tema natural dan tradisional semakin meningkat.

“Kami menawarkan anyaman atap ini ke beberapa pengusaha kafe, dan ternyata mereka tertarik. Saat itu tahun 2019,” ungkap Budi.

Permintaan pertama datang dari sebuah kafe dan homestay di Desa Kemiren, dengan pesanan mencapai enam ribu lembar. Sejak itu, bisnis Budi berkembang pesat. Ia kini mempekerjakan 15 warga sekitar untuk memenuhi pesanan yang datang tidak hanya dari Banyuwangi, tetapi juga dari Jember, Surabaya, Bali, bahkan mendapat tawaran ekspor ke luar negeri.

Baca Juga: Endhog-endhogan, Tradisi Warga Banyuwangi Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW

Meski demikian, Budi mengaku masih menghadapi kendala bahan baku. “Saya sempat kesulitan mencari ilalang, terutama di musim kemarau. Namun, saya menemukan solusi dengan menyetok ilalang saat musim hujan,” jelasnya.

Ilalang yang sebelumnya dianggap rumput liar kini menjadi sumber ekonomi. Budi mengajak warga sekitar untuk ikut mencari ilalang di lahan kosong, yang kemudian dibeli olehnya. Produk anyaman atap ilalang berukuran 2,5 meter x 1,5 meter dijual dengan harga Rp 15 ribu per lembar, dan bisa lebih murah untuk pesanan dalam jumlah besar.

Bupati Ipuk optimistis bahwa kerajinan ini akan terus berkembang, terutama seiring dengan pesatnya pertumbuhan sektor pariwisata di Banyuwangi. “Banyak pengusaha kafe, resto, dan homestay yang mengangkat tema natural dan tradisional. Pasar untuk anyaman atap ini sangat luas dan menjanjikan,” tambahnya.

Dengan kreatifitas dan inovasi, usaha Budi Hartono tidak hanya memberikan manfaat ekonomi bagi dirinya, tetapi juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya, serta turut mendukung industri pariwisata lokal.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *