Minggu, Oktober 27BANYUWANGINET
Shadow

Cerita Siswa Penerima Bantuan Uang Saku Sekolah Banyuwangi, Bukan Sekadar untuk Uang Jajan Tapi juga untuk Membantu Orang Tua

Cerita Siswa Penerima Bantuan Uang Saku Sekolah Banyuwangi, Bukan Sekadar untuk Uang Jajan Tapi juga untuk Membantu Orang Tua
Cerita Siswa Penerima Bantuan Uang Saku Sekolah Banyuwangi, Bukan Sekadar untuk Uang Jajan Tapi juga untuk Membantu Orang Tua

BanyuwangiNet.com – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kembali melanjutkan sejumlah program khusus bagi pelajar dari keluarga kurang mampu yang sudah berjalan selama ini.

Mulai pemberian uang saku setiap hari, bantuan uang transportasi tiap hari, tabungan pelajar, hingga pemberian bantuan peralatan sekolah.

Bantuan khusus bagi pelajar yang kurang mampu ini agar mereka makin semangat sekolahnya. Bantuan tersebut diberikan sekaligus dalam satu tahap, sehingga para siswa bisa semangat bersekolah tanpa memikirkan uang saku atau uang transportasi. Pelajar SD mendapatkan Rp10.000 per hari, SMP Rp15.000 per hari, dan SMA Rp20.000 per hari.

Salah satu penerima bantuan, Ahmad Fauzi Abdillah, siswa kelas 9 SMPN 2 Kalibaru, bercerita tiap hari ia membawa Rp. 3000 untuk uang saku. Berangkat sekolah, siswa asal Desa Barurejo itu berjalan kaki dari rumah dengan yang dia tempuh sekitar 20 menit.

“Terima kasih sudah dikasih uang saku. Saya akan tetap jalan kaki ke sekolah, karena kalau uang sakunya untuk ongkos angkutan sayang,” kata Fauzi.

Fauzi yang bercita-cita menjadi dosen itu mengatakan, bantuan uang saku yang dia dapat akan Ia berniat menyimpan dana bantuan uang sakunya untuk biaya melanjutkan sekolah di SMA.

“Uang sakunya akan saya tabung untuk SMA dan mondok. Hitung-hitung meringankan beban orang tua,” kata Fauzi.

Bulan Ini Banyuwangi Suguhkan Dua Event Kuliner, Mulai Aneka Cokelat Hingga Kuliner Jalanan

Demikian juga dengan Ardi, siswa SDN 1 Tambakrejo Muncar. Uang saku bantuan dari Pemkab Banyuwangi akan ia tabung untuk kebutuhan sekolahnya. “Selain buat jajan, juga ditabung buat kebutuhan sekolah seperti tas dan sepatu,” kata Ardi.

Cerita yang sama dari Viola, siswi kelas 3 SDN 4 Sumberberas, Muncar. Setiap hari ia diantar ibunya, Hani (50) bersekolah dengan jalan kaki sembari menuju pabrik tempatnya bekerja.

Viola mengaku ingin menjadi pengusaha kelak. “Pengen jadi pengusaha biar bisa ajak teman-teman saya kerja,” cetusnya sambil tertawa.

Hal yang sama disampaikan Kurnia Dewi Amalia, siswi kelas 6, SDN 8 Jambewangi. Tiap hari dia harus berangkat ke sekolah pukul 05.00 pagi.

Dia harus menempuh jarak 6 kilometer dengan berjalan kaki, karena SDN 8 merupakan sekolah yang terdekat dari rumahnya yang berada di perbatasan hutan di lereng Gunung Raung.

Setiap harinya, kedua kakak beradik tersebut harus berjalan tak kurang dari satu jam melewati perkebunan pinus tempat orang tuanya bekerja. Tak jarang mereka jalan ke sekolah juga ditemani anjing peliharaan penjaga rumah.

“Saya ke sekolah bareng adik (Diva Mulia-kelas 2). Kadang bareng sama Faris, teman sekelas yang rumahnya dekat dengan saya. Kadang Ciki (anjing peliharaan) juga nemenin kita jalan ke sekolah,” cerita Dewi.

Dewi mengaku ingin menjadi dokter hewan kelak. “Biar kalau Ciki atau kucing yang di rumah sedang sakit, saya bisa merawat dan menyembuhkan,” tutur Dewi.

Dengan bantuan uang saku ini, Bupati Ipuk berharap dapat meringankan beban keluarga siswa.

“Semua upaya ini difokuskan untuk melakukan sebanyak mungkin yang kami bisa untuk meringankan beban keluarga siswa yang membutukan, selain biaya pendidikan, bantuan ini yang bisa kami berikan karena siswa kadang terkendala uang saku atau uang transport,” kata Ipuk.

Hingga Lebaran, Stok Beras dan BBM di Kabupaten Banyuwangi Dipastikan Aman

Ipuk menyampaikan pemberian uang saku dan transportasi diberikan secara langsung dalam satu tahap karena pertimbangan teknis. “Tidak mungkin setiap hari berkeliling ke rumah-rumah siswa untuk memberikan uang saku. Makanya diberikan dalam satu tahap, dihitung sekitar 308 hari dalam setahun. Diberikan melalui rekening bank, sekaligus untuk edukasi keuangan sejak dini,” kata Ipuk.

Ipuk menjelaskan program pemberian uang saku saling mendukung dengan program pendidikan lainnya. Setidaknya ada tujuh program untuk menopang pendidikan pelajar tidak mampu. Rinciannya berupa bantuan biaya hidup (personalia) diberikan kepada 840 siswa tidak mampu. Garda Ampuh dengan sasaran 975 siswa. Bantuan uang transport diberikan kepada 600 siswa tidak mampu, juga bantuan alat pembelajaran untuk siswa miskin senilai Rp 1,2 miliar.

Bantuan uang saku diberikan kepada 564 orang, beasiswa bagi mahasiswa berprestasi bagi pelajar kurang mampu dialokasikan untuk 80 orang. Banyuwangi juga menganggarkan beasiswa bagi mahasiswa peserta program Banyuwangi Cerdas sebanyak 300 orang.

Ada pula program Siswa Asuh Sebaya (SAS) di mana para pelajar saling membantu di antara mereka dengan menyisihkan uang jajannya.

Setiap pekan, siswa yang uang jajannya lebih menyisihkan sebagian untuk dikumpulkan ke bendahara kelas. Uang yang terkumpul akan diberikan ke siswa kurang mampu berupa uang atau barang yang mereka butuhkan untuk menunjang kebutuhan sekolah siswa.

Program SAS ini, kini berkembang menjadi Sekolah Asuh Sekolah. Di mana sekolah yang memiliki kelebihan dana SAS akan diberikan ke sekolah lain yang masih membutuhkan bantuan untuk siswanya yang kurang mampu.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *