Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Inovasi Kesehatan Banyuwangi, Mulai Gerbang Pantura hingga Kampung Cerdik

Inovasi Kesehatan Banyuwangi, Mulai Gerbang Pantura hingga Kampung Cerdik
Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-58 di Kabupaten Banyuwangi, Berbagai Inovasi Kesehatan Banyuwangi diluncurkan.

BanyuwangiNet-Dengan bergotong-royong melibatkan seluruh elemen, berbagai inovasi kesehatan Banyuwangi diluncurkan. Mulai dari aspek edukasi, kuratif dan rehabilitatif, yang intinya untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses layanan kesehatan.

Seperti layanan Gerakan Banyuwangi Pantau Tekanan Darah (Gerbang Pantura). Lewat gerakan itu, masyarakat tak perlu datang ke fasilitas kesehatan untuk mengecek tekanan darah. Cukup datang ke rukun tetangga (RT), layanan cek tekanan darah bisa dinikmati secara gratis. Dinkes juga membuat aplikasi khusus untuk mencatat dan mendata hasil pengecekan tekanan darah warga.

Dengan demikian, warga yang memiliki riwayat hipertensi bisa terpantau secara riil. Petugas kesehatan juga lebih mudah untuk memberi penyuluhan ke mereka. Gerbang Pantura diharapkan akan menekan kasus kematian akibat hipertensi.

Program ini juga sebagai upaya untuk menekan angka kasus hipertensi yang sempat meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2019, kasus hipertensi yang tercatat sebesar 457.059. Setahun kemudian, jumlahnya naik menjadi 477.570.

Harapannya, target standar pelayanan minimal pada penderita hipertensi di Kabupaten Banyuwangi bisa mencapai 100 persen lewat inovasi tersebut. Fokus pada hipertensi bukan tanpa alasan. Hipertensi tergolong penyakit yang bisa menyebabkan keparahan.

Bupati Ipuk Minta Kades dan BPD Banyuwangi Perkuat Sinergi dalam Membangun Desa

Selama pandemi Covid-19, misalnya, hipertensi menjadi salah satu komorbid paling berdampak fatal terhadap kondisi kesehatan warga Banyuwangi yang terpapar virus corona. Dinkes juga merekrut para kader khusus untuk menjalankan program ini. Kader-kader ini yang bertugas sebagai penyuluh agar masyarakat bersedia rutin datang ke RT memeriksakan tekanan darahnya.

Inovasi lain yang juga punya dampak positif terhadap akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat adalah Jemput Bola Rawat Warga alias Jebol Raga. Jebol Raga punya misi memutus disparitas layanan kesehatan antara warga miskin dan warga kaya — juga antara warga desa dengan warga kota.

Sebelumnya, warga miskin di pedesaan banyak yang mengeluhkan susahnya mengakses fasilitas kesehatan. Keluhan itu disampaikan langsung kepada Bupati Banyuwangi lewat media sosial. Bupati kemudian meneruskan keluhan tersebut kepada dinkes. Dari sana, dinkes mengambil tindakan.

Inovasi Kesehatan Banyuwangi

Lewat layanan Jebol Raga, alur penanganan itu dipangkas. Masyarakat bisa melaporkan secara langsung informasi soal adanya warga sakit langsung ke tim Jebol Raga. Seketika, tim kesehatan akan datang berkunjung ke kediaman mereka. Tim akan memeriksa dan mendiagnosa kondisi pasien.

Jika masalah kesehatan yang dialami pasien tergolong gawat, tim akan merujuknya ke fasilitas kesehatan. Melalui Jebol Raga, Dinkes Banyuwangi ingin tak ada warga miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan.

Sejak adanya Jebol Raga, tak ada lagi masyarakat miskin yang kesulitan mengakses layanan kesehatan. Hal itu terbukti dengan hinilnya pengaduan warga miskin yang terlantar sakit di rumah. Selain penanganan, dinkes juga menciptakan inovasi untuk mencegah berbagai penyakit. Salah satunya penyakit tidak menular (PTM).

Inovasi itu dinamai Kampung Cerdik. Cerdik merupakan singkatan dari cek kesehatan rutin, enyahkan asap rokok, rajin beraktivitas, diet seimbang, istirahat cukup, dan kelola stres. Program itu selama ini dijalankan di 218 dusun/lingkungan di desa yang memiliki pos pembinaan terpadu (Posbindu). Melalui langkah-langkah tersebut, dinkes ingin mengubah pola hidup masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat.

Terkesan dengan Kuliner dan Panoramanya, Denny Caknan akan Kembali untuk Liburan di Banyuwangi

Hanya dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehatlah, risiko-risiko terjangkit PTM bisa diminimalisir. Sejak diimpelentasikan awal 2021, Kampung Cerdik telah menyentuh ratusan orang. Selain itu, program ini juga menghasilkan dampak signifikan.

Data dinkes menyebut, risiko penyakit jantung dan strok menurun siginifikan dalam dua tahun terakhir. Begitu juga dengan risiko penyakit diabetes, hipertensi, dan jantung. Langkah pencegahan warga sakit juga ditunjang program Mal Orang Sehat (MOS). Program ini mengedepankan layanan bagi masyarakat sehat di Puskesmas.

Selama ini, Puskesmas paling banyak didatangi oleh warga sakit. Dinkes ingin warga yang sehat juga berkunjung ke Puskesmas untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Ada segudang hal yang bisa didapat warga saat berkunjung ke MOS. Beberapa di antaranya, layanan klinik sanitasi, konseling kesehatan berencana, kesehatan reproduksi, kesehatan ibu dan anak, dan konsultasi gizi.

Inovasi Kesehatan Banyuwangi ini berhasil menurunkan jumlah warga sakit parah. Itu terbukti dari menurun jumlah kunjungan rawat inap di fasilitas kesehatan yang ada di Banyuwangi. Yakni dari 15.805 jiwa pada 2018 menjadi 14.132 jiwa pada 2019. Lewat program ini, Dinkes Banyuwangi berhasil mengampanyekan pepatah lama, “mencegah lebih baik daripada mengobati”.

Dinkes Banyuwangi juga peduli terhadap kesehatan para perempuan terkait risiko kanker serviks dan payudara. Untuk mencegah kematian warga Banyuwangi akibat dua penyakit itu, dinkes meluncurkan Inovasi Perisai Diri alias Perempuan Banyuwangi Sadar IVA dan Periksa Payudara Sendiri.

Para perempuan dipermudah untuk mendapat layanan pemeriksaan IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) secara gratis melalui inovasi itu. Dinkes juga menggandeng berbagai organisasi perempuan untuk mempermudah edukasi. Tujuannya agar para perempuan tergugah dan peduli terkait risiko kanker serviks dan payudara.

Tak berhenti di sana, Inovasi Kesehatan Banyuwangi juga menyasar para balita lewat program Banyuwangi Tanggap Stunting (BTS). BTS memakai tiga pendekatan untuk menekan angka stunting di Banyuwangi. Pertama, identifikasi balita stunting berdasarkan nama, alamat, dan permasalahan.

Kedua, intervensi melalui perbaikan dari setiap masalah penyebab stunting. Dan terakhir, disiplin ukur kembang janin dalam seribu hari usia kehidupan bayi. Deretan inovasi yang disebut di atas hanya sedikit dari belasan inovasi gagasan Dinkes Banyuwangi. Ada beberapa inovasi lain yang juga punya dampak signifikan terhadap layanan kesehatan.

Adanya inovasi BTS terbukti mampu menurunkan angka stunting di Kabupaten Banyuwangi dari tahun ke tahun. Harapan jangka panjang, prevalensi stunting di Kabupaten Banyuwangi bisa turun melebihi target 11,36 persen pada 2024.

Yang tak kalah penting, misalnya, inovasi penyediaan rumah singgah bagi warga Banyuwangi yang anggota keluarganya dirawat di RSUD dr Soetomo Surabaya. Inovasi ini membuat masyarakat Banyuwangi yang keluarganya sakit parah bisa menghemat pengeluaran.

Mereka tak perlu mengeluarkan duit untuk menyewa tempat penginapan yang harganya tak murah. Sejak diinisasi beberapa tahun lalu, program ini telah membantu banyak warga Banyuwangi. Ada juga inovasi untuk mempermudah layanan rujukan bagi pasien non-BPJS melalui program Silaju (sistem integrasi layanan rujukan). Tak sekadar program yang berkaitan langsung dengan layanan masyarakat, Dinkes Banyuwangi juga punya inovasi-inovasi di bidang tata kelola pemerintahan.

Sebagai contoh, peningkatan layanan kefarmasian melalui e-Farmasi dan percepatan penanganan angka kredit jabatan fungsional melalui PAK-e NaKes. Ada juga program permudahan penyusunan rencana pelaksanaan kerja lewat inovasi Sistem Informasi Manajemen BOK (Sim-BOK) dan pengembangan sistem informasi kesehatan lewat Simpuswangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *