Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Banyuwangi Batik Festival 2024 Pukau Ribuan Pengunjung, Batik “Jenon” Jadi Sorotan

Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2024
Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2024

BanyuwangiNet.com Gelaran Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2024 yang diadakan di Hutan De Djawatan, Sabtu (19/10/2024), berhasil menarik ribuan pengunjung dan menunjukkan potensi besar batik Banyuwangi di kancah nasional. Acara tahunan ini mengusung motif lawas batik khas Banyuwangi, “Jenon”, yang berbentuk ketupat dengan filosofi mendalam. Bentuk ketupat ini melambangkan “ngaku lepat” atau mengakui kesalahan, dan janur yang membalut ketupat melambangkan “sejatining nur” atau cahaya sejati.

Selain menikmati pameran fashion, pengunjung juga bisa membeli berbagai produk batik, mulai dari kain, pakaian siap pakai, hingga aksesori.

“Festival ini menjadi wadah bagi para pembatik dan desainer lokal untuk menampilkan karya-karya mereka, yang tidak hanya mempertahankan nilai tradisional, tetapi juga menghadirkan sentuhan modern,” ujar Plt. Bupati Banyuwangi Sugirah saat membuka acara.

Banyuwangi Batik Festival 2024 Tampil Memukau dengan Motif “Jenon”

Fashion show yang menjadi acara utama menampilkan 20 pembatik lokal yang mengusung konsep Batik Jenon. Busana yang ditampilkan dipadukan dengan seni Jaranan Buto dalam lima sub tema: Mahkota, Pecut, Cakil, Kuda Lumping, dan Terdada. Suasana eksotis hutan trembesi berusia ratusan tahun menjadi latar sempurna untuk memamerkan koleksi batik ini.

Salah satu pembatik yang turut tampil adalah Najiha Batik, milik Umi Najiha, yang mengusung tema Mahkota. Desainnya menonjolkan aksesoris kepala Jaranan Buto yang khas dan motif belah ketupat ala Batik Jenon. “Kami butuh dua bulan untuk mempersiapkan desain dan fitting. Alhamdulillah, ini membuktikan bahwa batik Banyuwangi bisa menjadi fashion yang elegan, bukan hanya untuk pakaian sehari-hari,” ujar Najiha.

Skybridge Penghubung Stasiun dan Pelabuhan Ketapang Ditargetkan Beroperasi 2025

Potensi batik Banyuwangi semakin diperkuat oleh banyaknya variasi motif dan warna yang cerah. “Batik Banyuwangi memiliki ciri khas yang membedakannya dari batik daerah lain. Inilah yang membuatnya semakin diminati oleh pasar nasional,” tambah Najiha.

Susi, pemilik Batik Gondo Arum, juga menyatakan antusiasme pasar terhadap batik Banyuwangi terus meningkat. “Kami bisa mendapatkan omset hingga Rp 40 juta per bulan. Pasar batik Banyuwangi luar biasa, bahkan kami menerima pesanan dari Papua, Kalimantan, hingga Malaysia,” ungkapnya. Ia berharap BBF bisa membuka lebih banyak peluang untuk menjalin koneksi dengan pecinta batik dari berbagai daerah.

Sugirah menekankan bahwa BBF bukan sekadar acara fashion, melainkan upaya Banyuwangi untuk melestarikan warisan budaya sekaligus mengembangkan industri batik lokal. “Setiap tahun, BBF mengangkat motif batik yang berbeda. Harapannya, Batik Banyuwangi semakin dikenal dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional,” tutup Sugirah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *