Minggu, Oktober 27BANYUWANGINET
Shadow

Terima Kasih Banyuwangi Cerdas!

Banyuwangi Cerdas
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas dan istrinya, Ipuk Fiestiandani, bersama anak-anak yatim Banyuwangi.

Seorang pria memeluk erat Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas. Di pelukan Bupati Anas, pria itu menangis. Tak henti-hentinya dia mengucapkan terima kasih. Pria itu adalah, Imam Hambali salah satu penerima beasiswa Banyuwangi Cerdas.

“Bisa mendapatkan beasiswa kuliah saja, saya sudah bahagia. Apalagi sampai mendapat kunjungan Pak Bupati,” katanya haru.

Bupati Anas sengaja mendatangi rumah Imam di Dusun Balak Kidul, Desa Balak, Kecamatan Songgon. Untuk mengunjungi rumah Imam, harus menempuh perjalanan sekitar satu jam dari Kota Banyuwangi. Rumah Imam terbuat dari bilik bambu dan beralaskan tanah. Rumah itu memiliki satu kamar dan ditinggali lima orang. Selain Imam tinggal ayah dan ibunya, serta dua adik kandungnya.

Anas yang masih mengenakan seragam dinas karena baru saja mengikuti Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI, beserta istri, Ipuk Fiestiandani duduk di ruang tamu yang sederhana bersama Imam dan kedua orantuanya. Anas berkunjung ke rumah Imam, untuk mengetahui kondisi keluarganya. Juga ingin tahu bagaimana kehidupan Imam selama kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember.

Imam merupakan penerima Beasiswa Banyuwangi Cerdas, 2014 lalu. Mahasiswa berusia 23 tahun tersebut menceritakan, perjuangannya menempuh pendidikan hingga bisa kuliah seperti saat ini. Imam sempat putus sekolah usai lulus dari MTS (Madrasah Tsanawiyah)‎.

“Saya sempat satu tahun tidak melanjutkan sekolah usai lulus MTS,” kata anak kandung pasangan Sugiono dan Barobah itu.

Orangtua Imam yang hanya pekerja serabutan, tak memiliki biaya untuk Imam melanjutkan sekolah. Namun akhirnya, setelah satu tahun menganggur, tanpa sepengetahuan orangtuanya anak pertama dari dua bersaudara itu melanjutkan sekolah di Madrasah Aliyah (MA) Madrasah Aliyah Ihya Ulumuddin, Desa Padang, Singojuruh, Banyuwangi. Beruntung Imam dibantu oleh pengasuh pondok untuk melanjutkan sekolah. Sambil sekolah, Imam membantu mengajar di pondok itu. Lulus MA, Imam sempat melanjutkan kuliah di Ibrahimy Genteng, Banyuwangi. Tapi karena kembali keterbatasan biaya, Imam akhirnya memilih berhenti.

“Waktu itu saya sempat bayar Rp 300.000, karena tak bisa lagi bayar biaya kuliah akhirnya berhenti,” kata Imam.

Di masa penganggurannya itu, Imam mendapat informasi dari gurunya di MA, ada program Beasiswa Banyuwangi Cerdas. Imam pun mencoba mendaftar dan mengikuti semua proses seleksi.

“Alhamdulillah saya diterima di IAIN Jember. Saya sangat beterima kasih bisa kuliah lagi,” kata Imam.

Imam diterima di Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Tarbiyah IAIN Jember. Saat ini dia telah memasuki semester lima. Selama kuliah, Imam tinggal di asrama dan mendapat uang saku Rp 800.000 perbulan. Saat ditanya cita-citanya, Imam ingin menjadi Bupati.

“Saya sangat mengidolakan Pak Anas. Saya ingin jadi bupati,” kata Imam.

Kebahagiaan tak hanya dialami oleh Imam. Orangtua Imam, Sugiyono, juga bahagia anaknya bisa kembali kuliah. Dia tidak menyangka, putra pertamanya tersebut bisa melanjutkan kuliah.

Maturnuwun sanget yugo kulo saget kuliah (terima kasih sekali anak saya bisa kuliah),” kata pria yang terbiasa buruh tani tersebut.

Sugiono mengatakan, Hambali adalah anak yang baik dan rajin belajar. Usai lulus Madrasah Tsanawiyah (MTs), dia tak mampu menyekolahkan putranya tersebut sehingga meminta Imam berhenti sekolah saja.

“Sempat berhenti sekolah selama setahun, eh tiba-tiba Imam sudah sekolah lagi tanpa saya tahu. Tekadnya untuk bersekolah lagi memang besar. Saya bangga dengan perjuangan Imam untuk sekolah lagi,” ujar Sugiyono.

BACA JUGA: Syarat Banyuwangi Bisa Gelar Sekolah Tatap Muka

BACA JUGA: Program Berbasis Keluarga Bekal Hadapi Tantangan Pandemi

Lulus MA tahun 2013, Imam Hambali sempat kuliah di IAI Ibrahimy, Genteng, Banyuwangi. Lagi-lagi biaya menjadi kendala. Untunglah, lanjut Imam, dosen di sana menginformasikan saya tentang beasiswa Banyuwangi Cerdas. Lalu, tahun 2014 mengikuti program tersebut dan mendaftar di Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jember. Imam pun langsung lolos seleksi.

“Saya mengambil jurusan Pendidikan Bahasa Arab untuk meneruskan apa yang telah saya pelajari semasa di Aliyah dan di Pesantren,” tutur pria kelahiran 26 Mei 1993 tersebut. Kini Imam pun mapu tercatat sebagai mahasiswa semester 5 Fakultas Tarbiyah Prodi Pendidikan Bahasa Arab IAIN Jember.

Tidak hanya Imam yang kini tersenyum karena bisa kuliah. Anafatimatul Rohmah, warga Desa Sidorejo, Purwoharjo, pernah menganggap kuliah adalah sesuatu yang dulu sulit diraih.

“Ketika dapat beasiswa ini, keluarga kami bangga dan bahagia sekali. Sesuatu yang dulu terlihat susah diraih, kini semua menjadi mungkin!”

Anafatimatul Rohmah, Mahasiswi Fakultas Tarbiyah, STAIN Jember.

Dengan menjadi mahasiswa penerima beasiswa, membuatnya menjadi kebanggaan keluarganya dan masyarakat di desanya. Rasa bangga juga meliputi Ahmad Rizky Andi, mahasiswa Fakultas Sosial Politik Universitas Jember.

“Kami hanya bisa mengucapkan terima kasih. Khusus bagi saya ini adalah berkah. Tidak terbayang saya bisa kuliah. Sebagai balasannya, kami bersama teman-teman siap menyedekahkan ilmu kami dan berkontribusi untuk kemajuan Banyuwangi,” kata anak seorang petani ini.

Bupati Anas bersama para penerima Banyuwangi Cerdas

Anas dan Banyuwangi Cerdas

Tidak hanya kisah para penerima beasiswa, Bupati Anas juga punya cerita. Pagi hari kala Lebaran tiba, seusai menunaikan salat id di kampung halamannya di kawasan Karangdoro, Banyuwangi, Anas kedatangan tamu seorang perempuan tua yang datang dari Kecamatan Songgon, sekitar 45 menit dari kediaman Anas. Tamu itu membawa pisang dan sejumlah buah-buahan sebagai oleh-oleh untuk Anas.

Selain ingin silaturahim sang tamu ternyata juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Anas, karena anak bungsunya bisa berkuliah ke salah satu perguruan tinggi negeri di Jember berkat beasiswa Banyuwangi Cerdas. Anak bungsu itu menjadi satu-satunya anggota keluarga sang tamu yang bisa menempuh pendidikan hingga bangku kuliah. Kakak-kakaknya hanya sampai bangku SMA/MA.

Kisah itu pula yang membuat Anas memahami arti pentingnya beasiswa pendidikan sebagai langkah taktis, yang dijalankan berbarengan dengan berbagai aksi strategis peningkatan kesejahteraan ekonomi warga. Oleh karena itu, alokasi dana untuk beasiswa Banyuwangi Cerdas pun terus diperbesar.

Bupati Anas pun rutin mengumpulkan para penerima beasiswa Banyuwangi Cerdas ini. Biasanya mereka dikumpulkan usai Idul Fitri. Selain bersilaturahmi Anas ingin mengetahui cerita mereka selama kuliah.

Beasiswa Banyuwangi Cerdas mampu memberikan harapan bagi mereka, yang pesimis kuliah karena kondisi ekonomi seperti Imam dan lainnya. Para penerima beasiswa tersebut kian optimistis menyongsong masa depan yang lebih baik. Itulah yang terlihat saat mereka berkumpul, bercanda, dan bersilaturahmi bersama bupatinya. Kini mereka penuh optimisme.

Sebagai manifestasi rasa terima kasih mereka, para mahasiswa yang pada awalnya tidak berani sekadar membayangkan bisa berkuliah itu pun, mengaku siap ikut menyedekahkan ilmu bagi masyarakat. Mereka juga siap ikut berkontribusi pada pembangunan Banyuwangi.

Saat bertemu mereka Bupati Anas terus memberikan motivasi. Selama kuliah harus dijadikan momentum untuk menempa diri dan membangun relasi. Manfaatkan kuliah tidak hanya mengejar prestasi akademik, namun juga untuk menempa diri dan membangun relasi.

Anas juga meminta agar para penerima beasiswa ini harus terlibat aktif dalam berbagai organisasi, untuk melatih jiwa kepemimpinan. Kesulitan dan rintangan selama kuliah jangan dijadikan alasan untuk patah semangat. Semua kesulitan itu hendaknya dinikmati dan disyukuri segala anugerah yang ada. Selain itu, yang terpenting jangan sampai lupa berdoa dan bersedekah saat mendapat rizki.

Selain itu, Bupati Anas berharap kepada para mahasiswa untuk bisa kreatif dan inovatif seusai lulus dari kuliah. Mereka hendaknya bisa pulang ke kampung halamannya dengan membawa inovasi positif dan bisa membuka lapangan pekerjaan baru. Jangan berburu pekerjaan, tapi ciptakanlah lapangan pekerjaan.

Anggaran Banyuwangi Cerdas Terus Meningkat

Banyuwangi Cerdas merupakan program Dinas Pendidikan Pemkab Banyuwangi yang diberikan kepada mahasiswa Banyuwangi berprestasi, namun tidak mampu secara ekonomi. Alokasi beasiswa Banyuwangi Cerdas terus ditingkatkan. Pada 2016 dialokasikan Rp 3,75 miliar, naik dibandingkan alokasi 2015 yang sebesar Rp 3,2 miliar. Program beasiswa ini juga bagi mahasiswa yang berprestasi tidak mampu, mahasiswa yatim piatu, dan penyandang disabilitas berprestasi.

Ada dua Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang bekerja sama dengan program ini, yaitu Universitas Negeri Jember (Unej) dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember. Kerjasama dengan dua PTN itu telah dimulai sejak 2011. Program tersebut dimulai pada 2011 dengan alokasi dana yang terus meningkat. Total sejak 2011 telah disalurkan dana Rp 10,708 miliar kepada lebih dari 700 mahasiswa asli Banyuwangi yang berkuliah di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Jika ditambah dengan alokasi dana tahun 2016, maka total beasiswa yang disalurkan mencapai Rp14,4 miliar.

Selain diperuntukkan bagi calon mahasiswa, imbuh dia, mahasiswa yang sudah berkuliah juga bisa mendapatkan beasiswa Banyuwangi Cerdas ini melalui proses seleksi. Mahasiswa yang dibiayai program ini berasal dari berbagai perguruan tinggi, baik di dalam maupun luar Banyuwangi.

Program ini untuk mewujudkan makna pendidikan sebagai salah satu sarana peningkatan kualitas kehidupan. Di Banyuwangi, pendidikan dikreasi agar mempunyai rasa keadilan yang kental, terutama untuk membuka pintu lebar-lebar bagi masyarakat yang kurang beruntung.

Calon mahasiswa bisa mendaftar melalui proses pengajuan di sekolah masing-masing. Mereka bakal mendapat beasiswa jika lulus ujian masuk di perguruan tinggi yang dituju. Adapun mahasiswa yang sudah berkuliah juga bisa mendapatkan beasiswa melalui proses seleksi.

Kriteria utama untuk program beasiswa itu adalah anak muda yang kurang mampu secara ekonomi, namun mempunyai potensi dan prestasi.  Beasiswa tersebut bagian dari upaya peningkatan daya saing sumberdaya manusia Banyuwangi.

Banyuwangi Cerdas untuk Disabilitas dan Penghafal Al Quran

Program ini juga diperluas dengan meluncurkan beasiswa untuk penyandang disabilitas dan penghafal Alquran. Khusus penghafal Alquran, seleksi dilakukan hanya dengan mengetes hafalan para pelamar beasiswa. Begitu hafal sejumlah juz, dia langsung mendapat kucuran beasiswa untuk melangsungkan kuliah di perguruan tinggi.

Selain melalui skema APBD, Pemkab Banyuwangi juga mengajak dunia usaha untuk ikut menyalurkan tanggung jawab sosial perusahaannya dengan mendukung penyaluran beasiswa bagi dunia pendidikan Banyuwangi.

Langkah lainnya adalah penggalangan dana di berbagai festival wisata yang digelar di kabupaten berjuluk The Sunrise of Javaini. Sebagai contoh, Pemkab Banyuwangi menyerahkan dana beasiswa pendidikan Rp 192 juta untuk 77 pelajar di kawasan sekitar Gunung Ijen. Para pelajar itu mayoritas adalah putra-putri dari para penambang belerang di gunung yang mempunyai kawah indah tersebut.

Dana tersebut berasal dari sebagian hasil penggalangan dana wisatawan yang menghadiri pergelaran Jazz Ijen Banyuwangi beberapa waktu lalu. Dana beasiswa itu bisa digunakan untuk menunjang proses pembelajaran, seperti membeli buku-buku pengetahuan agar khazanah keilmuan pelajar bisa kian berkembang.

Kini, perlahan tapi pasti, semua anak di Banyuwangi memiliki akses yang luas terhadap pendidikan. Dan, pendidikan ini diharapkan akan mencetak SDM berkualitas yang membawa perubahan besar bagi Banyuwangi di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *