Minggu, Oktober 27BANYUWANGINET
Shadow

Siswa Asuh Sebaya (SAS): Bersama Teman Kita Bisa!

Siswa Asuh Sebaya (SAS) Banyuwangi

Ratusan siswa SDN 2 Bubuk Banyuwangi berkumpul di lapangan sekolah. Mereka berkumpul, bercengkrama, ada yang bercanda bersama teman-temannya. Tidak berapa lama kemudian, muncul guru mereka dengan membawa kotak kaca bertuliskan Siswa Asuh Sebaya (SAS). Tiap Rabu, para siswa-siswa ini menyisihkan uang saku mereka, untuk disumbangkan ke kotak itu.

Aktifitas ini rutin dilakukan siswa sejak 2011 lalu, usai Dinas Pendidikan Banyuwangi, menelurkan program gerakan Siswa Asuh Sebaya (SAS). Para siswa menggalang dana sukarela untuk membantu biaya pendidikan temannya yang kurang mampu.

“Ada yang menyumbang Rp 1.000, Rp 2.000, bahkan Rp 5.000. Mereka sukarela untuk membangun kepedulian dan modal sosial di antara siswa yang satu dengan siswa yang lain,” kata Sugianto Kepala Sekolah SDN 2 Bubuk Banyuwangi.

Hasil dari sumbangan sukarela para siswa itu, lalu disumbangkan pada siswa-siswa yang kurang mampu. Ada yang diwujudkan berupa seragam sekolah, sepatu, kaos kaki, tas sekolah, alat tulis, dan lainnya.

Bagi sebagian siswa, mungkin barang-barang itu mudah untuk didapat. Tapi bagi sebagian lainnya, barang yang mungkin dianggap sepele itu, menjadi barang yang berharga. Seperti yang dialami oleh Yunda Intana, Siswi kelas VII A SMPN 1 Banyuwangi.

Wajah Yunda berseri-seri ketika teman-teman sekolahnya mendatangi rumahnya di Lingkungan Ujung, Kelurahan Kepatihan. Mereka datang ke rumah Yunda dengan membawa kejutan, sepeda. Melalui SAS, teman-teman Yunda urunan untuk membeli sepeda. Selama ini Yunda berangkat dan pulang sekolah berjalan kaki.

“Salah satu bentuk kepedulian yang harus ditumbuhkan pada setiap siswa,” kata Samsuddin Ali Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Banyuwangi.

Menurut Samsudin, di SMP Negeri 1 Banyuwangi, juga memberikan bantuan kepada siswa lainnya yang membutuhkan, seperti buku, sepatu, seragam sekolah, dan lainnya. Ini dilakukan sebagai bentuk solidaritas dan kepedulian serta rasa saling memiliki terhadap teman sebaya yang membutuhkan.

“Merangkul semua teman yang membutuhkan tanpa pandang suku dan agama. Semoga sepeda ini bisa bermanfaat, membantu yunda dalam perjalanan menuju ke sekolah, dan semoga dengan ini yunda semakin semangat untuk mencapai cita-cita,” kata Samsudin.

BACA JUGA: Terima Kasih Banyuwangi Cerdas!

BACA JUGA: Terungkap! Sejak Dulu Islam di Banyuwangi Ramah Terhadap Kebudayaan

SAS ini adalah merupakan dana partisipasi dari para siswa yang pada waktu tertentu menyerahkan atau menyisihkan sedikit dari uang jajannya untuk membantu teman sebayanya. Di SMAN 1 Cluring, dana SAS ini dikelola sendiri oleh para siswa melalui OSIS SMAN 1 Cluring.

Pada Januari 2016, SMAN 1 Cluring menyerahkan Rp. 6.450.000 dana yang terkumpul dari SAS, pada 43 siswa. Masing-masing siswa mendapatkan dana SAS sebanyak Rp. 150. 000. Melalui Gerakan SAS, siswa yang berasal dari keluarga mampu secara ekonomi membantu siswa dari keluarga kurang mampu. Secara berkala, di tiap sekolah, para siswa menggalang dana secara sukarela untuk membantu biaya pendidikan temannya yang kurang mampu.

SAS Modal Sosial Generasi Muda

Melalui gerakan SAS, siswa yang berasal dari keluarga mampu secara ekonomi membantu siswa dari keluarga kurang mampu. Sukarela untuk membangun kepedulian dan modal sosial di antara generasi muda di Banyuwangi.

Pengelolaannya dilakukan dari siswa, oleh siswa, dan untuk siswa. SAS ini bukan sekadar membantu siswa, tapi lebih dari itu adalah membangun kepedulian di lingkungan generasi muda.

Rasa peduli terus ditumbuhkan.Di sini sisi kemanusiaan disentuh dengan membentuk rasa empati di kalangan generasi muda Banyuwangi.

SAS adalah salah satu ikhtiar Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk memajukan kualitas sumberdaya manusia (SDM). SDM menjadi variabel penting pembentukan daya saing nasional yang merupakan representasi dari daya saing daerah.

Faktor kemanusiaan dan empati ditumbuhkan dalam dunia pendidikan Banyuwangi. Program SAS menemalikan relasi solidaritas antara siswa dari keluarga mampu dan siswa dari keluarga kurang mampu, terbukti dapat membiakkan benih-benih rasa welas asih.

Gerakan SAS menjadi pelengkap dari program intervensi kebijakan pemerintah daerah lainnya di bidang pendidikan, seperti beasiswa, pembangunan fasilitas pendidikan, dan jaminan biaya pendidikan melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Pertanyaannya, mengapa tetap perlu inisiatif gerakan SAS meski pendidikan dasar sejatinya sudah gratis? Memang biaya pendidikan bisa dikatakan telah gratis, namun terdapat biaya yang tidak bisa dipenuhi oleh pemerintah, seperti sepatu sekolah, tas sekolah, maupun uang saku untuk keperluan transportasi atau tambahan makanan.

Dengan dana dari SAS, siswa dari keluarga kurang mampu bisa mendapatkan tambahan dana untuk membeli keperluan yang bisa menunjang pendidikannya.

Pengelolaan dana SAS juga menumbuhkan budaya transparansi. Dana yang terkumpul sama sekali tidak dikelola Pemkab Banyuwangi. Semuanya dikelola perwakilan siswa di tiap-tiap sekolah. Setelah diverifikasi, pihak sekolah dan perwakilan siswa menyerahkan dana kepada siswa yang berhak.

Semakin anak terpenuhi berbagai fasilitasnya untuk menempuh pendidikan, semakin besar pula peluang sang anak untuk bisa terus mengembangkan potensi diri.

Program ini pun menjadi nominator penghargaan Millenium Development Goals (MDGs) untuk kategori pendidikan pada 2014, menyisihkan ratusan program dari seluruh Indonesia. SAS memang selaras dengan salah satu komitmen tujuan MDGs terkait penanggulangan kemiskinan dan pendidikan dasar untuk semua.

MDGs Award diinisiasi oleh Kantor Utusan Khusus Presiden RI untuk Pencapaian MDGs. MDGs sendiri adalah program bersama seluruh dunia untuk mencapai sasaran-sasaran pembangunan pada 2015. Deklarasi Milennium ini berisi delapan komitmen (tujuan) untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.

Deklarasi Milennium ini berisi 8 komitmen (tujuan) untuk mempercepat pembangunan manusia dan pemberantasan kemiskinan.

Yakni memberantasan kemiskinan dan kelaparan ekstrem, mewujudkan pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, dan meningkatkan kesehatan ibu. Memerangi HIV/AIDS, malarian dan penyakit lainnya, memastikan kelestarian lingkungan, dan meningkatkan kerjasama global.

SAS masuk dalam 63 program unggulan MDGs Award dengan total program seluruh Indonesia yang masuk sebesar 443 program.

Dengan menjadi nominator MDGs Award ini, tentu akan semakin memotivasi kami untuk membangun sektor pendidikan Banyuwangi. Tapi yang terpenting tentu bukan soal nominator penghargaan, tapi masyarakat kami bisa makin cerdas, makin sejahtera secara sosial dan ekonomi.

Gerakan SAS menjadi pelengkap dari program intervensi kebijakan pemerintah daerah lainnya. Di Banyuwangi, telah ada program Banyuwangi Cerdas dan Banyuwangi Belajar di mana para pemegang kartu program tersebut bisa mengakses pendidikan hingga perguruan tinggi dengan beasiswa dari Pemkab Banyuwangi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *