Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Lontar Sritanjung Ditetapkan Sebagai Ingatan Kolektif Nasional oleh Perpustakaan Nasional RI

Naskah Lontar Sritanjung resmi ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon)
Naskah Lontar Sritanjung resmi ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon)

BanyuwangiNet.com – Naskah Lontar Sritanjung, salah satu karya sastra kuno asal Banyuwangi, resmi ditetapkan sebagai Ingatan Kolektif Nasional (Ikon) oleh Perpustakaan Nasional RI. Penetapan ini menegaskan bahwa Lontar Sritanjung merupakan bagian penting dari peradaban bangsa dan memperkuat identitas budaya Banyuwangi.

Lontar Sritanjung berisi kisah legenda Sri Tanjung, tokoh terkenal dalam cerita rakyat Banyuwangi. Karya sastra ini tersusun dalam bentuk puisi lirik yang pernah populer dalam ritual pelantunan tembang. Cerita lisan ini telah diwariskan dari generasi ke generasi di kalangan masyarakat Banyuwangi.

Peneliti naskah kuno menganggap bahwa Lontar Sritanjung merepresentasikan interaksi antarbudaya, terutama antara budaya Jawa dan Bali, serta budaya-budaya lain di Nusantara. Hal ini membuat naskah tersebut memiliki nilai penting tidak hanya bagi Banyuwangi, tetapi juga bagi budaya Indonesia secara keseluruhan.

Kepala Pusat Jasa Informasi Perpustakaan dan Pengelolaan Naskah Nusantara Perpusnas RI, Agus Suyoto, menjelaskan bahwa setelah ditetapkan sebagai Ikon, naskah Lontar Sritanjung perlu lebih diaktualisasikan agar semakin dikenal oleh masyarakat.

Baca Juga: Tiga Maestro Banyuwangi Raih Anugerah Kebudayaan Indonesia 2024

“Jadi, jika orang mendengar nama Banyuwangi, mereka akan teringat dengan cerita-ceritanya,” ujar Agus dalam Seminar Pengarusutamaan Naskah Nusantara Ikon di Banyuwangi, Kamis (19/9/2024).

Perpusnas terus berupaya mendokumentasikan manuskrip kuno untuk memperkuat identitas keindonesiaan. Agus menyebut bahwa naskah-naskah kuno adalah catatan penting dari masa lalu yang harus terus dijaga.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyampaikan rasa terima kasih atas pengakuan naskah kuno asal Banyuwangi sebagai bagian dari Ikon. Ipuk menegaskan bahwa Banyuwangi terus berupaya melestarikan kekayaan seni dan budaya, termasuk manuskrip kuno yang menjadi aset literasi daerah.

Baca Juga: Bupati Ipuk Simulasi Program Makan Siang Bergizi

“Selain Lontar Sritanjung, di Banyuwangi juga terdapat manuskrip kuno lainnya, seperti Lontar Yusuf, Babad Tawangalun, serta sejumlah kitab yang memiliki nilai sejarah dan pengetahuan penting,” kata Ipuk.

Ipuk menambahkan bahwa Banyuwangi secara rutin menggelar Festival Kitab Kuning yang bertujuan untuk mengangkat khazanah keilmuan para ulama serta melestarikan kekayaan literasi. Berbagai festival budaya juga digelar untuk mengenalkan cerita-cerita lokal kepada generasi muda.

“Dengan masuknya Lontar Sritanjung sebagai Ikon, kami berharap lebih banyak peneliti dan penggiat kajian manuskrip akan datang ke Banyuwangi untuk memperdalam penelitian dan melestarikan naskah ini,” harap Ipuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *