Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Digelitik Tangan Kematian: Mengenang 28 Tahun Terjangan Tsunami di G-Land

Oleh: Ayung Notonegoro (Founder Komunitas Pegon Banyuwangi)

Mengenang 28 Tahun Terjangan Tsunami di G-Land
foto Surfingworld.com : Mengenang 28 Tahun Terjangan Tsunami di G-Land

G-Land nyaris tak pernah sepi dari para peselancar dunia. Baik yang sekadar menunaikan hobinya atau para peseluncur profesional dengan deretan prestasinya. Tak terkecuali pada awal Juni 1994. Tak sedikit para surfer pro yang sedang ngecamp di pantai Plengkung.

Para peselancar pro yang ada di G-Land pada saat itu antara lain Rob Bain, Simon Law, John Philbin, Richard Marsh, Shane Herring, Monty Webber, Gerald Saunders, Richie Lovett, Kevin Komick dan Neal Purchase. Begitu pula sejumlah kru yang turut serta. Seperti fotografer selancar asal Australia, Peter Boskovic.

Pada Jumat, 3 Juni 1994 dini hari, mereka sedang terlelap di camp-nya masing-masing. Usai seharian bermain dengan ombak G-Land yang memukau. Begitu pulasnya mereka tak merasakan jika telah terjadi gempa tektonik dengan skala 7,2 Skala Richter sekitar 130 kilometer dari tempat mereka tidur.

G-Land: Riwayat Sebuah Nama

Gempa yang terjadi tepat pukul 01:17 WIB itu segera menjelma menjadi gelombang raksasa. Merangkak dengan kecepatan sampai 300 km/ jam ke tepian. Tak lebih dari 30 menit gelombang raksasa itu pun menjelma menjadi tsunami yang mengerikan. Menerjang bibir pantai. Mulai dari Plengkung, Rajegwesi hingga Pancer.

John Philbin yang merupakan seorang peselancar dan artis film, mengenang detik-detik mencekam itu. Dia mengaku mendengar ombak dan berpikir itu pasti besar. “Tetapi ketika auman semakin keras, saya duduk di dalam kelambu saya, dan seperti yang saya lakukan, dinding air yang bergolak bertiup melalui gubuk saya.”

Hantaman tsunami itu, oleh Richie Lovett, menggambarkan pengalaman itu ibarat ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh. “Gubuk itu telah menghilang dan saya terjerat dalam batang kayu dan pohon dan potongan bambu. Saat air mulai surut. Saya terjebak dengan kaki saya terjepit di bawah banyak kayu dan sampah,” ujar Lovett yang saat itu harus diterbangkan ke Australia untuk mendapatkan perawatan medis.

Gotong Royong Persiapkan World Surf League Championship 2022 Banyuwangi

Apa yang terjadi di G-Land malam itu menjadi perjuangan semata untuk bertahan hidup dan yang telah meninggalkan dampak pada semua orang yang ada di sana. Banyak penduduk lokal di desa terdekat meninggal. Di Rajegwesi dan Pancer dilaporkan ada 223 orang yang meninggal akibat tsunami tersebut.

Rob Bain, peselancar asal Avalon Beach, saat mengunjungi G-Land kala itu, merencanakan sebuah perjalanan yang menakjubkan. Ia datang bersama kru terbaiknya di tempat yang memiliki ombak terbaik pula. Namun, di balik dream tour tersebut, ada intuisi yang tak nyaman dibenaknya.

“Ketika tsunami terjadi bertahun-tahun yang lalu, satu-satunya pikiran saya adalah bagaimana keluar dari terjebak di bawah air dan melihat keluarga saya lagi. Untuk dapat kembali tahun ini dan berbagi pengalaman ini dengan para penyintas, putra saya, dan mengendarai barel bersama-sama, sangat kuat,” ujarnya saat peringatan 25 tahun peristiwa itu pada 2018 lalu.

Kemampuan para pesurfer dalam berenang yang hampir menyampai atlet-atlet renang olimpiade itu, membuat mereka mampu bertahan. Menggapai segala benda yang bisa dijangkau. Di saat seperti itulah, Rob menyebut; sedang digelitik oleh tangan kematian!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *