Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Program Sekardadu Banyuwangi Masuk TOP 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Jatim 2023

Sekardadu Banyuwangi

BanyuwangiNet.com – Inovasi Sekardadu Banyuwangi yang digagas Pemkab Banyuwangi menjadi nominator TOP 30 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (Kovablik) Jawa Timur 2023.

Bupati Ipuk Fiestiandani mempresentasikan secara langsung inovasi Sekardadu (Sekolah Rawat Daerah Aliran Sungai) dalam seleksi menuju Top 30 Kovablik 2023, di hadapan dewan juri melalui pertemuan virtual, Kamis (12/10/2023).

Tim dewan juri terdiri dari Guru Besar Fisipol Unair, Prof. Dr. Jusuf Irianto; Kepala Ombudsman RI Perwakilan Jatim, Agus Muttaqin; Direktur Eksekutif The Jawa Pos Institute of Pro Otonomi, Rohman Budijanto; National Advisor for Governance and Public Service, Redi Setiadi; Provincial Coordinator USAID ERAT Jatim, Dina Limanto; dan Public Sector Specialist di Pentatone Creative, Didik Purwondanu.

Sebanyak 30 inovasi terbaik se-Jatim, dipresentasikan dan diseleksi oleh tim panel independen yang ditunjuk Biro Organisasi Pemprov Jatim. Banyuwangi smelakukan sesi presentasi dan wawancara dari kawasan DAM Tenggoro di Desa Songgon, Kecamatan Songgon.

Kawasan stren kali ini dikelola menjadi lokasi yang instagramable. Di sini terdapat kolam pemandian untuk anak-anak, kolam pancing, serta gubuk-gubuk untuk peristirahatan.

Baca Juga: Sekitar 1300 Warga Banyuwangi Terima Bantuan Bedah Rumah Tak Layak Huni

Dalam kesempatan itu, Ipuk menjelaskan Sekardadu merupakan program yang menggerakkan lintas sektoral, termasuk sekolah dan pelajar, untuk bersama-sama merawat kebersihan sungai. Program ini dilaksanakan sejak 2022.

“Ini merupakan gerakan masif untuk menjaga aliran sungai. Seperti kita ketahui, sungai dengan mata airnya memiliki peranan penting bagi makhluk hidup. Maka menjaga dan merawat aliran sungai harus kita budayakan agar kelestarian sungai bisa terus terjaga demi anak cucu kita,” kata ipuk.

Lewat program Sekardadu, pemkab menggerakkan lintas sektor untuk bersama-sama merawat sungai, mulai daerah tangkapan air (catchment area/hulu) hingga hilir.

Melibatkan Dinas PU Pengairan, Dinas PU Cipta Karya, Dinas Pendidikan, BPBD, Dinas Lingkungan Hidup, dan lainnya. Program ini juga menggerakkan seluruh sekolah dan kampus yang kawasannya dialiri sungai.

Baca Juga: Ibu-Ibu Rumah Tangga Desa Bagorejo Ternak Jangkrik untuk Tambahan Ekonomi Keluarga, Bupati Ipuk: Patut Dicontoh

Dalam Sekardadu, sekolah-sekolah (SD hingga SMA) dan perguruan tinggi diedukasi untuk menjaga kebersihan sungai. Para siswa dan mahasiswa diberikan pengetahuan menjaga ekosistem sungai.

Berjalan sekitar dua tahun, program ini telah memberikan dampak yang positif. Hasil monev hingga September 2023, program ini sudah merawat sebanyak 65 sungai dan saluran air sepanjang 29.700 meter.

“Intervensi sungai tersebut melibatkan 85 SD, 24 SMP, 11 SMSA, dan 9 Perguruan Tinggi. Ke depan, kita akan terus masifkan lagi hingga mencapai target 70.300 meter sungai yang akan dirawat,” terang Ipuk.

Ipuk menyebut, Sekardadu juga efektif mengubah perilaku masyakat yang kini semakin tertib, tidak lagi membuang sampah sembarangan terutama ke sungai.

“Sekardadu bukan hanya output berupa sungai yang bersih, namun juga mencetak agen perubahan yang memiliki rasa malu untuk membuang sampah ke sungai. Serta mengubah perilaku masyarakat untuk bersama-sama menjaga, sehingga sungai, saluran badan air, maupun sumber daya air di Banyuwangi bisa dijaga dengan baik. Mulai dari daerah catchment area hingga hilir,” jelas Ipuk.

Program ini mendapatkan apresiasi dari sejumlah tim juri. Salah satunya datang dari Rohman Budianto yang mengaku sangat terinspirasi dengan inovasi Sekardadu.

“Ini kerja peradaban yang luar biasa. Dengan membersihkan sungai Banyuwangi sedang menyiapkan lingkungan yang sehat untuk generasi selanjutnya.,” kata Rohman.

“Dengan program ini, Banyuwangi benar-benar berusaha menjadikan sungai sebagai halaman depan kita. Ini sangat bagus,” sambung Didik Purwondanu, tim juri yang lain.

Didik juga berharap Banyuwangi bisa mengembangkan inovasi ini. “Tidak sekadar sungai dibersihkan, program ini harus dikembangkan. Misalnya menjadikan sungai sebagai project best learning tematik tentang lingkungan, utamanya ekosistem sungai,” katanya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *