Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Pembangunan Pengolahan Sampah Terpadu Banyuwangi Berkapasitas 84 Ton Per Hari Dimulai Awal November

Pembangunan Pengolahan Sampah Terpadu Banyuwangi Berkapasitas 84 Ton Per Hari Dimulai Awal November
Pengolahan Sampah Terpadu Banyuwangi di Kecamatan Muncar.

Setelah sukses di Kecamatan Muncar, bekerjasama dengan pemerintahan Norwegia, Pemkab Banyuwangi bakal membangun pengolahan sampah terpadu Banyuwangi berkapasitas 84 ton per hari.

BanyuwangiNet–Pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu Reduce, Reuse, Recycle (TPST 3R), dengan kapasitas 84 ton per hari, di Kecamatan Songgon, bakal dimulai awal November tahun ini.

TPST yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas penanganan sampah di wilayah Songgon dan empat kecamatan lain di sekitarnya itu, merupakan kolaborasi Pemerintah Norwegia bersama Pemkab Banyuwangi.

TPST ini merupakan pelaksanaan program “Banyuwangi Hijau”, sebagai upaya pengendalian sampah plastik dengan memilah sampah langsung dari rumah tangga. Banyuwangi Hijau merupakan kelanjutan dari Project STOP (Stop Ocean Plastics) yang sukses dilaksanakan di Kecamatan Muncar sejak 2018 oleh NGO dunia PT. Systemiq Lestari Indonesia, yang didanai pemerintah Norwegia dan institusi bisnis Borealis dari Austria.

Banyuwangi Pilot Project Reformasi Birokrasi Pengentasan Kemiskinan

“Kami sudah bertemu dengan pihak Systemiq membahas berbagai hal terkait progres program Banyuwangi Hijau. Salah satunya disampaikan pembangunan TPST di Songgon akan dilakukan awal bulan depan. Kita berharap semuanya berjalan lancar dan bisa selesai sesuai target,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, usai bertemu Program Director for Project Banyuwangi Hijau, Andre Kuncoroyekti, Senin (24/10/2022).

Pengolahan sampah terpadu Banyuwangi ini dibangun di atas lahan seluas 1,5 hektar di Desa Balak, Kecamatan Songgon, yang nantinya akan menjangkau 5 kecamatan sekaligus, yakni Songgon, Rogojampi, Sempu Genteng, dan Singojuruh. TPTS ini didesain dengan kapasitas 84 ton per hari, atau diperkirakan mampu memproses sampah yang dihasilkan dari 54 ribu rumah per hari.

“Terkait desain bangunannya kami minta agar tetap mengadopsi kearifan lokal. Identitas budaya Banyuwangi jangan sampai ditinggalkan. Zaman boleh berkembang, namun kearifan dan peradaban Banyuwangi tidak boleh terpinggirkan,” tutur Ipuk.

One Stop Sevice, Mal Pelayanan Publik Banyuwangi Buka Layanan Hingga Malam Hari

Sementara Program Director for Project Banyuwangi Hijau, Andre Kuncoroyekti, menjelaskan bangunan TPST ini terdiri dari sejumlah bangunan utama. Meliputi area penimbangan, bongkar muat, pemilahan sampah, pengemasan dan pergudangan, penanganan residu, gudang kompos, serta area komposting. Juga ada beberapa bangunan pendukung seperti mushola, kantor, aula, loker, pengolahan air limbah, hingga lokasi parkir.

“Saat ini sudah dalam tahap pembersihan dan pematangan lahan. Pembangunan akan dilakukan dua tahap. Tahap pertama dimulai November ini dengan membuat areal pemilahan sampah non organik dan sebagain area kompos. Dua bangunan ini kita target selesai awal Februari 2023 sehingga proses penanganan sampah bisa segera dimulai,” kata Andre.

Berikutnya akan dilakukan pembangunan tahap kedua pada areal komposting dan banguan utama lainnya. Ditarget bisa rampung pada Agustus 2023.

“Desain bangunannya akan mengadopsi budaya lokal Banyuwangi. Misalnya, bentuk atap yang menyerupai rumah Suku Osing, penggunaan ornamen Gandrung dan batik Gajah Oling di pintu masuk maupun dinding bangunan,” ungkap Andre.

Andre juga menegaskan, pembangunan TPST ini akan melibatkan masyarakat sekitar. Mulai proses konstruksi hingga operasionalnya nanti. “Selain itu disiapkan sarana prasarana penanganan sampahnya. Kami juga akan berikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat. Di antaranya, sistem pengelolaan sampah, penyiapan penguatan kelembagaan, hingga kampanye perubahan perilaku,” jelas Andre.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *