Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Pelestarian Gandrung Terop dari Generasi ke Generasi

Para penari gandrung lintas generasi.
Para penari gandrung lintas generasi.

BanyuwangiNet.com – Menjadi penari gandrung profesional di Banyuwangi tak hanya membutuhkan kemampuan menari, tetapi juga keterampilan menembang sesuai pakem tradisi gandrung terop.

Mayoritas gandrung ternama yang kerap tampil di panggung-panggung besar adalah perempuan berusia separuh baya, seperti Temu Misti, Sudartik, Mudaiyah, dan Sunarsih. Namun, generasi muda kini mulai menunjukkan tekad untuk melestarikan dan memperkaya seni tari gandrung.

Salah satu penari muda yang kini mendapat perhatian adalah Fika Puspitasari (24), yang aktif di dunia gandrung profesional sejak 2022. “Awalnya diajak tanggapan. Kemudian diajak terus,” ujarnya.

Fika yang berasal dari keluarga seniman gandrung ini belajar dasar-dasar tari gandrung sejak kecil, meski awalnya hanya dari kaset karena saat itu video gandrung belum banyak di internet.

Banyuwangi Gelar Operasi Katarak Gratis, 300 Pasien Ditargetkan Jalani Operasi

Untuk memperdalam keahliannya, ia mengikuti program nyantrik, sebuah program pewarisan ilmu tari gandrung dari maestro kepada generasi muda yang dimulai pada 2023.

Di program tersebut, Fika belajar langsung di rumah para maestro gandrung untuk menguasai pakem gandrung terop, termasuk teknik tembang-tembangan—nyanyian khusus bernada tinggi yang kerap dibawakan dalam pentas gandrung terop.

Plt. Bupati Banyuwangi Ajak Santri Raih Masa Depan Lewat Pendidikan

“(Yang sudah dikuasai) tembang-tembangan. Sama seblang-seblangannya juga,” kata Fika, mengacu pada seblang-seblangan, tarian penutup dalam gandrung terop.

Lucy Sari Hermawati (22), gandrung muda lainnya, mulai terjun sebagai penari sejak SMA. Lucy juga adalah mahasiswa salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya, dan sering dijuluki “gandrung (calon) sarjana.” Lucy, yang merupakan putri seorang panjak—penabuh gendang gandrung—mengikuti jejak ayahnya untuk berkesenian secara profesional.

Seperti Fika, Lucy juga mengikuti program nyantrik agar bisa belajar dari maestro langsung. Lucy menyadari bahwa menjadi gandrung terop tidaklah mudah dan butuh dedikasi tinggi.

“Jadi gandrung terop itu memang tidak segampang yang saya kira dulu,” tuturnya.

Bagi Lucy dan Fika, gandrung adalah identitas yang ingin mereka jaga seumur hidup. Mereka bertekad terus tampil dan melestarikan kesenian tradisional tersebut, menjadi penerus yang mempertahankan nilai budaya Banyuwangi.

“Aku sebagai penari gandrung, ingin sampai tua aku terus jadi gandrung,” ungkap Lucy.