Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Organik, Kelompok Tani di Banyuwangi Perlahan Lepas dari Ketergantungan Pupuk Bersubsidi

Mampu Produksi 1 Ton Pupuk Organik, Kelompok Tani di Banyuwangi Perlahan Lepas dari Ketergantungan Pupuk Bersubsidi.
Bupati Ipuk saat melihat proses pembuatan pupuk organik di Kelompok tani Sumber Urip, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, yang perlahan Lepas dari Ketergantungan Pupuk Bersubsidi

BanyuwangiNet.com – Kelompok tani Sumber Urip, Desa Watukebo, Kecamatan Blimbingsari, Banyuwangi, berangsur lepas dari ketergantungan terhadap pupuk bersubsidi. Mereka secara swadaya mengoptimalkan pupuk organik dengan memanfaatkan limbah ternak dari peternak. Bahkan tiap hari mereka mampu memproduksi 1 ton pupuk organik.

Pengolahan pupuk organik ini dilakukan di peternakan sapi milik Saidi, ketua Kelompok Tani Sumber Urup. Tiap hari di kandang sapi yang menjadi Unit Pengolahan Pupuk Organik (UPPO) tersebut, kelompok tani ini mampu mengolah satu ton pupuk organik.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani sempat mengunjungi kandang sapi pembuatan pupuk organik tersebut dan bertemu langsung para petani dan peternak.

“Meskipun menjadi tempat pengolahan pupuk organik yang bahannya dari limbah ternak ternyata tidak bau. Ini keren bisa dicontoh pada kelompok tani lainnya,” kata Ipuk.

Bupati Ipuk Minta Camat dan Puskesmas Fasilitasi Pasar Takjil

Bupati Ipuk mengaku sangat mengapresiasi kelompok tani ini dan diharapkan bisa membantu kebutuhan pupuk petani yang sempat mengalami kelangkaan.

“Selain itu pupuk organik sebagai upaya agar petani mulai neralih ke pertanian organik yang lebih ramah lingkungan dan prospek pasarnya lebih bagus. Saya minta Dinas Pertanian untuk terus melakukan pendampingan agar banyak petani yang beralih ke pupuk organik,” kata Ipuk.

Apalagi jatah petani untuk pupuk bersubsidi dari pemerintah pusat kian lama kian berkurang, sehingga pupuk organik menjadi alternatif untuk lepas dari ketergantungan pupuk bersubsidi.

Sementara Saidi mengatakan perlahan para petani di kelompoknya mulai beralih ke pupuk organik. Meskipun tidak bisa lepas sepenuhnya, tapi perlahan Saidi mengarahkan ke pupuk organik.

Dukung Penghijauan, Calon Pengantin di Banyuwangi Bakal Diminta Sedekah Bibit Pohon

“Kalau saya sudah seratus persen pakai pupuk organik. Memang perlu perlahan-lahan agar petani mau pakai pupuk organik dan lepas dari ketergantungan pupuk bersubsidi. Di kelompok kami ada yang sudah 25 persen pakai pupuk organik, ada juga yang baru 15 persen,” tambah Saidi.

Kelompok tani Sumber Urip berdiri sejak 2009 lalu. Saidi menjelaskan pengolahan limbah ternak menjadi pupuk organik tersebut dilakukan sejak 2016 dengan pendampingan oleh Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi.

Di kelompok ini terdapat 104 anggota dan terdapat 38 ekor sapi peranakan ongole (sapi PO) dengan berbagai turunannya seperti limousin, brahman dan simental yang mereka kembangkan dan fokus pada proses pembibitan ternak.

Kelompok ini mengolah kotoran sapi yang dicampurkan dengan cocopeat dapat menghasilkan 1 ton pupuk setiap harinya. Cocopeat sendiri sangat mudah didapat karena bahan utamanya adalah sekam atau tempurung buah kelapa yang diolah atau dihaluskan hingga menjadi butiran seperti serbuk kayu, yang mana produk akhirnya adalah cocopeat.

Ratusan Pelajar Serbu Banyuwangi Ikuti Kejurprov Anggar Jatim

“Pembuatan pupuk organik sangat mudah dan murah. Satu ekor menghasilkan sekitar 20 kg kotoran sapi. Untuk proses pembuatan dari kotoran menjadi pupuk sekitar 15 hari. Kini dengan kami bisa menghasilkan rata-rata 1 ton pupuk organik tiap hari,” jelas Saidi.

Kotoran sapi merupakan penghasil asam humat alami yang dapat meningkatkan Ph tanah secara optimal. Asam humat berfungsi meningkatkan porositas tanah mengikat oksigen, hingga menahan air lebih baik.

Dengan menggunakan pupuk organik ini dapat menyeimbangkan Ph tanah dengan asam humat secara alami. Dengan menggunakan pupuk organik ini diharapkan lebih banyak menghasilkan produksi tanaman. Pupuk organik ini juga dapat meningkatkan kesuburan tanah.

Berkat penggunaan pupuk organik tersebut, hasil pertanian kelompok tani Sumber Urip, yakni beras berhasil mendapat sertifikat organik untuk ruang lingkup padi, dari Lembaga Sertifikasi Organik Seloliman (Lesos). Beras organik tersebut dinyatakan telah memenuhi persyaratan Sistem Pertanian Organik melalui Internal Control System (ICS).

“Alhamadulilah Desember tahun 2022 beras kami telah mendapat sertifikat organik. Ini terus memacu kami untuk mengembangkan pertanian organik,” kata Saidi.

Beras tersebut memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi daripada beras umumnya. Satu kilogram untuk beras putih organik diharagai Rp 15.000, dan untuk beras merah organik dengan harga Rp 25.000.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *