Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Kembali Digelar, Festival Kitab Kuning Banyuwangi Didedikasikan untuk Kiai Saleh Lateng

Kembali Digelar, Festival Kitab Kuning Banyuwangi Didedikasikan untuk Kiai Saleh Lateng
Festival Kitab Kuning 2022.

BanyuwangiNet.com – Festival Kitab Kuning kembali digelar Pemkab Banyuwangi, 10-13 Juni 2023. Festival Kitab Kuning tahun ini didedikasikan kepada salah satu ulama besar Banyuwangi, KH Saleh.

Itulah sebabnya Festival Kitab Kuning digelar di Masjid Kiai Saleh, Lateng, Banyuwangi. Festival Kitab Kuning mengangkat khasanah Kitab Kuning KH Saleh Lateng, sebagai Harta Karun Islam Nusantara.

“Festival Kitab Kuning kali ini kami dedikasikan untuk Kiai Saleh yang merupakan sosok ulama yang berjasa dalam perkembangan khazanah Islam di Banyuwangi,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani.

Kiai Saleh merupakan ulama yang membidani berdirinya Gerakan Pemuda Ansor yang kala itu bernama Ansoru Nahdlatul Oelama’ atau ANO pada 1934.

Baca Juga: Jelang Idul Adha, Banyuwangi Surplus Sapi

Bertempat di Pondok Pesantren Lateng, Banyuwangi, pimpinan Kiai Shaleh, di situlah ANO terbentuk. Selain itu, Kiai Shaleh juga memegang peranan penting kelahiran ormas terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU).

Kiai kelahiran 1862 itu juga terlibat langsung memimpin salah satu pasukan laskar rakyat dalam Resolusi Jihad ke Surabaya tahun 1945 melawan penjajah.

Kiai Shaleh juga turut andil dalam pembentukan awal Kementrian Agama Republik Indonesia.

Tidak hanya itu, Kiai Saleh juga dikenal sebagai ulama yang produktif menulis. Beliau juga memiliki banyak koleksi kitab kuning yang menjadi harta karun Islam Nusantara.

Di antaranya Kitab Rududu-Alamah merupakan kitab yang diangkat dari sebuah manuskrip surat yang ditemukan di koleksi kitab kuning peninggalan Kiai Saleh.

Manuskrip yang diperkirakan berusia satu abad tersebut, menjadi salah satu harta karun dari perpustakaan Kiai Saleh yang turut memperkaya khazanah Islam Nusantara.

Baca Juga: Berburu Batik Kuno Banyuwangi, Simbol Status dan Kebanggaan

Ipuk mengatakan festival ini sebagai upaya menunjukkan kekayaan intelektual pesantren di Banyuwangi.

“Kitab kuning ini merupakan salah satu ciri khas pesantren di Indonesia. Ini tidak hanya menjadi referensi keilmuan bagi kalangan santri, tapi juga telah menjadi budaya dan bagian sejarah bagi bangsa ini,” ungkap Ipuk.

Interaksi kitab kuning dengan sejarah dan budaya bangsa inilah, lanjut Ipuk, yang coba ditampilkan pada festival kali ini. “Khususnya bagaimana kitab kuning berinteraksi dengan masyarakat Banyuwangi. Yang mana, sebagaimana diketahui bersama, Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang memiliki pesantren cukup banyak,” terangnya.

Kitab Kuning ini memiliki peran penting dalam pengajaran dan pemahaman agama Islam, serta menjadi penanda identitas budaya yang unik di Banyuwangi.

Di Banyuwangi Banyuwangi terdapat banyak pondok pesantren, dan merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak pondok pesantren dengan usia banyak yang telah berusia ratusan tahun.

“Kitab Kuning tidak hanya sekadar teks agama, tetapi juga menjadi jendela untuk memahami kekayaan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu pemahaman yang mendalam terhadap isi Kitab Kuning perlu ditingkatkan sebagai upaya memperkuat identitas dan kearifan lokal kita,” tambah Ipuk.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Exit mobile version