Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Cocok untuk Nostalgia, Berikut 4 Pasar Rakyat Tematik Banyuwangi

Cocok untuk Nostalgia, Berikut 4 Pasar Rakyat Tematik Banyuwangi

BANYUWANGI-Tiap daerah memiliki jajanan tradisional yang menjadi khas. Mungkin ada yang mirip tiap daerah, namun penamaannya yang berbeda. Di Banyuwangi jajanan tersebut bisa ditemukan di pasar rakyat tematik Banyuwangi.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani baru saja meresmikan salah satu pasar rakyat tematik Banyuwangi, yakni Pasar “Cunduk Menur” di Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu, Sabtu (5/2/2022) malam. Bagi Banyuwangi pasar tematik ini merupakan salah satu upaya pemulihan ekonomi.

“Setelah hampir sekitar dua tahun terakhir ekonomi lesu akibat pandemi Covid-19, pasar tematik ini menjadi satu cara untuk bangkit. Pasar tematik ini menjadi salah satu pengungkit ekonomi di level mikro,” kata Ipuk.

Di Banyuwangi sendiri terdapat berbagai pasar tematik yang menjajakan makanan tradisional. Namun karena pandemi Covid-19, pasar tematik tersebut masih belum bisa rutin digelar. Berikut berbagai pasar rakyat tematik yang ada di Banyuwangi.

Pasar Jenang Desa Pendarungan

Di Desa Pendarungan, Kecamatan Kabat, warga setempat membuat Festival Pasar Jenang, yang digelar dua minggu sekali. Bagi masyarakat Jawa sudah sangat mengenal jajanan satu ini. Bisa juga disebut bubur manis.

Aneka jenis jenang dibuat dan dijajakan warga setempat di pasar ini. Mulai dari jenang bendil, jenang waluh (labu), jenang sapar, jenang sumsum, jenang procot, jenang nangka, dan berbagai jenis jenang lainnya bisa ditemukan di kawasan tersebut.

Pasar ini digagas oleh pemuda desa setempat. Letaknya di kebun kelapa milik salah satu warga setempat. Bersebelahan dengan sungai, sehingga membuat suasananya menjadi sejuk dan rindang.
Menurut Adi desa Pendarungan telah terkenal sebagai sentra jenang.

Digelarnya Pasar Jenang ini karena di Pendarungan banyak warganya yang memproduksi berbagai jenis jenang.

Pasar Kepeng Desa Osing Kemiren

Desa Kemiren Kecamatan Licin telah terkenal menjadi desa adat.
Desa ini bisa disebut sebagai miniatur kebudayaan Banyuwangi, karena masyarakatnya yang memegang teguh tradisi dan kebudayaan suku Osing, yang telah ditetapkan menjadi suku asli Banyuwangi.

Berbagai tradisi budaya sangat sering dilakukan di desa ini. Untuk kuliner, di desa ini terdapat sebuah gang kecil yang menjual berbagai jenis jajanan tradisional. Dibuka tiap akhir pekan Sabtu dan Minggu.

Baca Juga: Mengusung Konsep Go Green, Pasar Pariwisata Terpadu Banyuwangi Bakal Jadi Creative Hub Anak Muda

Pasar yang digagas oleh masyarakat setempat itu, disebut Pasar Kepeng Osing Kemiren. Disebut pasar kepeng karena untuk bertransaksi menggunakan pasar kepeng atau uang kuno, yang kian menambah nuansa tradisional di tempat ini.

Sebelum belanja, pengunjung bisa mendapatkan uang kepeng dengan harga Rp 10.000 untuk empat koin. Uang kepeng tersebut yang bisa digunakan untuk belanja di pasar tersebut.

Di pasar ini terdapat berbagai jenis jajanan tradisional yang bisa mengingatkan pada masa kecil dulu. Ada gelali, lupis, kelepon, lanun, cenil, orog-orong, sawut, ketan kirip, kucur, dan aneka minuman tradisonal lainnya. Tak ketinggalan makanan khas Osing seperti pecel pithik dan uyah asem.

Di pasar ini para penjualnya juga berdandan tradisonal, dengan mengenakan pakaian khas adat Suku Osing.

Pasar Wit-witan

Terletak di Desa Singojuruh Kecamatan Singojuruh. Dinamakan pasar Wi-Witan karena berada di bawah pepohonan.

Dibuka tiap hari Minggu, pengunjung bisa menikmati kuliner tradisional khas Banyuwangi. Banyak makanan langka khas Banyuwangi yang jarang dijual dijual di pasaran, bisa ditemui di Pasar Wit-Witan.

Baca Juga: Lontar Hadis Dagang Banyuwangi dan Kitab Babonnya

Ada Geseng Methok, Rawon Alas, Sego Cawuk, dan makanan khas Banyuwangi lainnya. Di pasar ini tidak boleh ada wadah dari plastik. Pedagang menggunakan daun pisang, daun jati, bambu, hingga tempurung kelapa untuk makan dan minum.

Para penjualnya juga diwajibkan mengenakan busana adat khas masyarakat suku Osing Banyuwangi. Karena berada di bawah pepohonan di kawasan hutan kecil, tempat duduk juga dari bangku bambu, sendok yang digunakan juga dari kayu.

Arabian Street Food

foto istimewa: Ridwan Kamil saat mengunjungi Arabian Street Food

Untuk yang satu ini, dari namanya sudah jelas apa yang dijual. Para penggemar kuliner khas Timur Tengah bisa mencoba untuk mengunjungi Arabian Street Food Banyuwangi. Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil sudah jajan di tempat ini saat mengunjungi Banyuwangi beberapa waktu lalu.

Arabian Street Food terletak di kawasan Kampung Arab, di Jalan Bangka, Kelurahan Lateng, Kecamatan Banyuwangi.

Biasanya dibuka satu minggu sekali setiap hari Sabtu pukul 16.00-21.00. Aneka kuliner Timur Tengah di sana, seperti nasi mandi, nasi kebuli, nasi kabsah, nasi briyani, kari merah, sambosa, roti maryam, hingga minuman rempah semacam teh rempah dan kopi arab, tersedia di tempat ini.

Para pedagang di tempat ini mayoritas merupakan warga keturunan Arab yang ada di kawasan tersebut.

Pasar Rakyat Tematik Banyuwangi, “Cunduk Menur”

Pasar rakyat tematik banyuwangi ini yang baru diresmikan oleh Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, Digelar tiap malam Minggu di sepanjang jalan depan Balai Desa Tegalarum, Kecamatan Sempu.

Di pasar ini menjual berbagai macam jajanan dan makanan tradisional. Sambal pecel, oseng-oseng pare, kripik pare, dan lain sebagainya. Ada juga rujak lanang, dinamakan rujak lanang karena yang menjual dan mengulek rujak adalah lanang (laki-laki).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *