Sabtu, Oktober 26BANYUWANGINET
Shadow

Anak Muda di Desa Banyuwangi, Tiap Hari Kelola Setengah Ton Sampah untuk Budidaya Maggot dan Pupuk Organik

Anak Muda di Desa Banyuwangi, Tiap Hari Kelola Setengah Ton Sampah untuk Budidaya Maggot dan Pupuk Organik
Anak Muda di Desa Banyuwangi, Tiap Hari Kelola Setengah Ton Sampah untuk Budidaya Maggot dan Pupuk Organik

BanyuwangiNet. Com – Sampah jika dikelola dengan baik bisa menjadi sumber penghasilan yang bermanfaat. Sekelompok anak muda di Desa Siliragung, Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi. Tiap hari mereka mengelola 500 kilogram sampah untuk budidaya maggot.

Mereka adalah Dirga, Sundariyanto, Kacung, Kamdan, Ari, dan Taukhid. Mereka mengelola sampah organik yang diambil dari warung, tengkulak buah, dan sisa-sisa hajatan di rumah warga. Per hari bisa sampai 500 kilogram atau setengah ton.

Sampah organik dimanfaatkan untuk budidaya maggot atau larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly/BSF). Sampah organik yang telah difermentasi selama dua minggu, dijadikan makanan untuk maggot. Maggot ini di pasaran sangat diminati sebagai pakan ternak berprotein tinggi.

“Produksi rata-rata mencapai 1 kwintal per minggu. Harga jual Rp. 7000 per kilogram untuk maggot fresh dan Rp. 15 000/ kemasan untuk maggot kering,” Sundariyanto.

Dukung Panen Padi Nusantara, Banyuwangi Panen Padi Hibrida Seluas 52 Hektare

“Permintaan maggot kering cukup banyak. Kita rutin memasok ke Bali dan Bandung,” katanya.

Sundariyanto menjelaskan usaha yang dikelola bersama teman-temannya dimulai pada 2018. Mereka mendirikam Pega Indonesia yang bermakna Pemuda Etan Gladag (pemuda timur jembatan) karena lokasi pengelolaan sampah mereka berada di sisi timur jembatan desa setempat.

“Kita semua hobi memancing. Setiap ke sungai, kita selalu melihat banyak sampah. Akhirnya tercetus membikin usaha pengolahan sampah ini. Alhamdulillah bisa berjalan sampai sekarang,” ujar Sundariyanto.

Pabrik Kereta Api di Banyuwangi Mulai Beroperasi, Teken Kontrak Senilai Rp. 9 Triliun

Kini mereka juga melakukan pemilahan sampah dari sumbernya dengan melibatkan warga desa setempat. Mereka melakukan sosialisasi hingga memberikan kotak sampah kepada warga di Desa Pesanggaran dan Siliragung.

Tidak hanya maggot, mereka juga menjadikan sampaj untuk dijadikan pupuk organik. “Kita lakukan pemilahan sesuai jenisnya. Lalu sampah organik kita diolah menjadi berbagai produk seperti pupuk organik cair (POC), pupuk organik padat (POP), dan insectisida pengusir lalat buah,” kata Sundariyanto.

Sundariyanto menyebut, pupuk organik dan maggot hasil produksi mereka, saat ini sudah menjadi langganan banyak petani, baik lokal maupun luar daerah. Permintaan pupuk organik cair mencapai 100 liter per bulan, dengan harga Rp. 5000/ liter.

“Kami utamakan permintaan petani lokal. Karena misi bukan semata-mata profit, namun juga memberikan manfaat kepada warga sekitar,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *