Minggu, Oktober 27BANYUWANGINET
Shadow

Mustaqbilal Difabel Inspiratif asal Banyuwangi, Pernah Dijebak Jadi Pengemis

Mustaqbilal Difabel Inspiratif asal Banyuwangi
Mustaqbilal Difabel Inspiratif asal Banyuwangi

BanyuwangiNet.com – Saat World Surf League (WSL) Championship Tour 2022 lalu, piala yang diangkat para pemenang berbentuk barong Banyuwangi. Barong itu ternyata buatan seniman difabel Banyuwangi Mustaqbilal.

Mustaqbilal mengajarkan keterbatasan bukanlah alasan untuk terus berjuang. Kini pria yang akrab disapa Bilal tersebut, fokus menekuni pembuatan kerajinan barong.

Dalam hidupnya, pria berusia 41 tahun itu pernah dijebak untuk menjadi pengemis di Kalimantan. Dia akhirnya memilih kabur dan kini mengguti sebagai pengrajin.

“Meminta-minta bertentangan dengan kata hati saya. Saya akhirnya kabur dan pulang ke Banyuwangi,” kata warga Kelurahan Bakungan, Kecamatan Glagah itu.

Bilal pun kabur dan pulang kembali ke Banyuwangi untuk menggeluti kesenian yang telah jadi pasion-nya itu.

Bilal mengenang dia dijebak menjadi pengemis pada 2009 lalu. Saat itu dia ditawari kerja oleh seseorang ke Kalimantan. “Saya tertarik karena iming-iming gaji besar. Akhirnya saya berangkat,” katanya.

Bilal meninggalkan kerajinan barong dan beeangkat ke Kalimantan meskipun tidak tahu apa pekerjaan yang akan diterimanya nanti.

“Ternyata sampai di Kalimantan saya disuruh mengemis. Bersama beberapa orang penyandang disabilitas lain,” sambungnya.

Gandeng Shopee Banyuwangi Perluas Pasar UMKM

Saat itu, dari mengemis tiap hari Bilal bisa mendapat rata-rata Rp 1,5 juta. Tapi uang itu disetorkan semua pada bosnya.

Mengemis bukan pekerjaan yang sesuai dengan kata hatinya. Bilal memilih kabur dengan susah payah.

Hanya modal menjual telepon genggam yang dibawanya dari Banyuwangi, Bilal akhirnya membeli tiket bus untuk pulang kampung ke Banyuwangi.

Menjadi pengemis dijadikannya sebagai pengalaman hidup yang berhaga. Kini Bilal kembali ke Banyuwangi dan fokus membuat barongan.

Bupati Ipuk Cek Jalan Poros Antar Kecamatan di Desa Singolatren

Dia juga terpilih sebagai ketua kelompok kesenian barongan di lingkungan Karangasem.

Di tempat tinggalnya di perkampungan padat gang kecil, teras rumah yang sempit itu dia jadikan “bengkel” kerjanya.

Di teras rumah itulah dia berkarya. Tampak potongan kayu tertumpuk, gergaji mesin mini, cat kayu, alat pemahat, dan berbagai perkakas lain.

Kayu-kayu itu Bilal olah menjadi barong untuk kesenian barongan. Semua barong ia kerjakan sendiri. Sejak usia 20 tahun menggeluti kerajinan barong.

“Satu barong biasanya butuh waktu empat hingga tujuh hari. Awal membuat barong sempat kesulitan. Bertahun-tahun akhirnya saya menemukan pola kerja yang efektif,” jelasnya.

Banyuwangi Festival 2023, Bupati Ipuk: Sarana Pertumbuhan Ekonom

Barong buatan Bilal sesuai pesanan, mulai ukuran, bentuk, dan model barong disesuaikan permintaan pembeli.

Untuk barong ukuran kecil dia mematok harga sekitar Rp 2 juta. “Termahal dulu pernah buat ukuran besar lengkap dengan properti lainnya saya jual Rp 12 juta,” tambahnya.

Saat Pandemi Covid-19 pesanan berkurang drastis bahkan berbulan-bulan dia berhenti memproduksi barong.

Tak berapa lama pesanan barong sepi Bilal beralih membuat cinderamata barong mini. Ternyata cinderamata itu cukup diminati, dan hasilnya untuk menambah pendapatan sehari-hari.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *